www.beritaintermezo.com
12:29 WIB - Raja Baut Bagikan Ribuan Sembako Kepada Masyarakat Bagansiapiapi | 01:53 WIB - DPRD Gelar Paripurna Penyampaian LKPj T.A 2023 | 01:51 WIB - Anggota DPRD Riau Terpilih, Naladia Ayu Rokan Jalani Prosesi Pernikahan Berandam dan Malam Berinai | 01:48 WIB - Pererat Silaturahmi, Sekwan DPRD Rohil gelar halal BI halal | 01:35 WIB - Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop "Publisher Rights" Bersama Dewan Pers | 01:27 WIB - Pilkada Serentak 2024, PDIP Pelalawan Buka Penjaringan Hanya Untuk Cawabup
Dampak Covid-19 di Meranti, 18 Kilang Tak Beroperasi Ribuan Ton Sagu Basah Menumpuk
Rabu, 22-04-2020 - 05:55:05 WIB

TERKAIT:
   
 

Meranti (Beritaintermezo.com)-Belasan kilang sagu di Desa Sungai Tohor dan desa sekitarnya di Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, tidak sesibuk seperti biasanya. Kondisi ini sudah berlangsung dalam dua bulan belakangan karena imbas dari virus corona.

Sebanyak 1000 ton tepung sagu hasil produksi dari 18 kilang milik masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti menumpuk.

Belasan karung berisi sagu basah yang menumpuk di setiap kilang itu seolah menunggu kepastian kapan akan diekspor ke Malaysia. Jika dibiarkan hingga dua pekan, kualitas bahan utama pembuat tepung sagu itu dipastikan menurun, dan masyarakat juga akan merugi.

Hal itu terjadi akibat wabah Corona, sehingga pemerintah setempat melakukan pembatasan pergerakan masyarakat atau movement control order (MCO/lockdown) di negeri jiran tersebut.

"Biasanya tokeh bernama Asiong sudah mengambil sagu dari semua kilang disini untuk dibawa ke Malaysia, namun akibat Corona dan penerapan Lockdown di sana, sagu basah disini hanya menumpuk dan tidak tahu lagi kemana mau dijual, inilah yang kami hadapi imbas dari corona ini," kata Abdul Manan salah seorang pemilik kilang pengolahan sagu basah.

Dikatakan Abdul Manan, sagu basah tersebut sudah lama diolah, hanya tinggal menunggu dijual saja. Tidak lagi soal keuntungan, tapi tiap harinya menghitung kerugian karena produksi sagu basah mereka sudah lama tidak diterima negeri jiran itu.

Adapun kerugian yang dialaminya dalam sebulan bisa mencapai Rp100 juta. Jika dikalikan dengan 18 kilang yang ada saat ini, sudah ada Rp 1,8 miliar kerugian yang dialami. Selain itu sudah banyak juga para pekerja yang dihentikan sementara dari pekerjaannya.

"Itu baru kerugian dari kilangnya saja, belum dari petani sagunya. Selain itu sudah banyak pekerja yang distop. Rata-rata satu kilang itu mempekerjakan 10 orang kepala keluarga. Jadi ekonomi di Kecamatan Tebingtinggi Timur saat ini lumpuh akibat sagu tak bisa dijual, selain itu masyarakat di sini banyak yang bekerja di bidang sagu," ungkap Manan, Senin (20/4/2020).

Untuk itu dia berharap ada solusi mengatasi permasalahan tersebut, baik itu oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat.

Abdul Manan yang juga sebagai Ketua Koperasi Sentra Sagu Terpadu yang mengelola IKM Sungai Tohor berharap kepada Pemerintah Provinsi Riau untuk mengalokasikan anggaran dan membeli sagu dari kilang milik masyarakat untuk diolah menjadi beras dan gula sagu di Sentra Industri Kecil Menengah (SIKM) di Desa Sungai Tohor.

Dikatakan permintaan itu tidak muluk-muluk mengingat anggaran di provinsi sangat besar, selain itu Gubernur Riau juga berjanji akan menjadikan sagu sebagai makanan pokok pengganti beras.

"Harapan kami ke pemerintah Provinsi Riau untuk mengalokasikan anggaran Bankeu dan membeli sagu masyarakat yang menumpuk ini untuk diolah menjadi beras dan gula sagu di SIKM Sungai Tohor ini. Disana anggaran besar, kita sudah bicarakan di kabupaten, namun dananya kecil," kata Manan.

Manan juga mengungkapkan jika untuk mengoperasikan SIKM dibutuhkan anggaran sebesar Rp 12 miliar untuk biaya produksi selama enam bulan. Selain itu produksi tersebut untuk menutupi kelangkaan terhadap dua jenis sembako selama pandemi Covid-19 ini.

"Biaya Produksi SIKM kita butuh anggaran sebesar Rp 12 miliar lagi untuk enam bulan, dimana anggaran untuk satu bulannya sebesar Rp 2 miliar dan itu sudah termasuk pembelian bahan baku dan gaji karyawan. Menurut saya ini langkah terbaik jika Pemkab Kepulauan Meranti bisa mengoperasikan cepat, hal ini juga untuk mengatasi kelangkaan beras dan gula selama wabah corona ini," ujar Manan.

Terakhir dikatakan, ini merupakan momentum untuk mengajak masyarakat hidup sehat dengan mengkonsumsi sagu.

"Inilah saatnya Meranti mengajar masyarakat Meranti makan sagu, selain mengenyangkan dianya juga menyehatkan. Kalau misalnya ada pembagian Raskin sebanyak 5 Kg, dibagi saja, beras 3 kilo dan sagu 2 kilo," pungkas Manan.***(karim)



 
Berita Lainnya :
  • Dampak Covid-19 di Meranti, 18 Kilang Tak Beroperasi Ribuan Ton Sagu Basah Menumpuk
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
    TERPOPULER
    1 Rumah Duka di Karimun Merangkap Tempat Judi, Polres Tutup Mata
    2 Fraksi DPRD Riau Berikan Pandangan Umum Terhadap Ranperda Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
    3 Sijago Merah Lahap 7 Rumah Warga di Jalan Datuk Bandar Tembilahan
    4 Pemuda Teluk Sungkai Gotong Royong Menimbun Jalan Berlobang
    5 Harap Pinta Belasan Tahun
    Rumah Sakit Daerah Madani Kota Pekanbaru Resmi Beroperasi
    6 Pj Walikota Dumai Arlizman Agus Buka Jambore PIK 2015
    7 Pemkab Rohil Salurkan Beasiswa Keluarga Tidak Mampu Sebesar Rp6,5 Milyar
    8 Konferensi Perubahan Iklim ke-21 Paris
    APRIL Tawarkan Solusi Alternatif Buka Lahan Tanpa Bakar
    9 Ini Dia Cara Alami Mengobati Sakit Gigi Terbukti Ampuh
    10 Bantuan Kapal Karet Tiba, BPBD Siap Siaga Atasi Banjir di Pekanbaru
     
    Foto Lepas | Galeri Foto | Advertorial | Opini | Indeks
    Siak | Inhu | Rohil | Kepri | DPRD Rohil
    Redaksi Disclaimer Pedoman Tentang Kami Info Iklan
    © 2016 PT. INTERMEZO PUTRA SAMPURNA PERS, All Rights Reserved
    handbags replicawatches replica