Opini
Hubungan Terlarang Kasus Brigadir J.
Rabu, 10-08-2022 - 12:32:18 WIB
 |
Kapolri saat melakukan Konferensi Pers penetapan FS sebagai tersangka
|
Adagium orangtua mabuk cinta bisa membawa celaka , telah menjadi kisah biasa dalam kehidupan manusia , tetapi nasehat itu tidak diperdulikan orang sekalipun nyata nyata celakanya bukan hanya mendera pemainnya tetapi bisa mencelakai orang terdekat.
Itulah yang menimpa keluarga Irjen Ferdy Sambo jika benar bahwa apa yang dikemukakan Menko Polkam Mahfud MD bahwa motif pembunuhan brigadir J adalah hanya konsumsi orang dewasa . Siapapun yang sudah dewasa mengerti jurus apa yang dimaksud dari asumsi itu adalah tidak jauh dari seks atau percintaan , tetapi percintaan yang terlarang .
Sejak Kapolres Jaksel Kombes Budhi Herdi Susanto memberi keterangan pers tanggal 11 Juli , tiga hari setelah kematian Brigadir J bahwa brigadir J tewas karena tembak menembak dengan barada E sudah memunculkan kejanggalan .
Sebab katanya bahwa brigadir J mengeluarkan tembakan 7 kali tidak kena tetapi barada menembak 5 kali langsung kena , apalagi gara gara ya karena barada E membela diri.
Barada E membela diri karena ditembak brigadir J justru sewaktu keluar panik dari kamar karena diteriaki sewaktu mencoba melecehkan Putri Chandrawinata istri Irjen Ferdy Sambo yang sedang istirahat di dalam kamar sepulang dari perjalanan .
Mendengar suara itu kata Kapolres,maka barada E turun dari lantai dua ingin tahu apa yang terjadi , tetapi begitu brigadir J keluar kamar katanya langsung menembak barada E , tidak kena karena berlindung di tembok tangga. Lalu barada E yang juga dibekali senjata dinas, mengambil pistolnya lalu membalas menembak 5 kali kena semuanya brigadir J tewas di tempat.
Keterangan Kapolres ini semakin janggal sewaktu mayat brigadir J tiba dirumahnya di Jambi diantar puluhan polisi yang dipimpin seorang Brigjen yang mencoba menenangkan keluarga agar tidak protes atas keadaan peti mayat brigadir J yang sudah terpaku dan tidak boleh dibuka.
Drama penekanan kepada kuarga terus dilawan dan berhasil membuka peti dan kelihatan bahwa alasan tembak menembak semakin tidak masuk akal karena luka sayatan juga terdapat pada mayat brigadir J.
Sebanyak 31 polisi dari jenderal hingga komisaris polisi kini sedang diproses dalam kasus pelanggaran etik dan ketidakprofesionalan dalam menangani kasus .
Upaya penyelidikan dilakukan dan semakin keras setelah muncul pengaduan adanya dugaan pembunuhan berencana yang dilakukan pengacara keluarga korban Kamaruddin Simanjuntak, serta adanya pernyataan Presiden Jokowi yang memerintahkan supaya kasus itu diungkap secara terbuka Jangan ada yang ditutupi .
Akhirnya sebagaimana konferensi pers Kapolri Jenderal Pol Lostyo Sigit Prabowo Selasa malam terungkap bahwa dalam peristiwa tewasnya brigadirJ bukan karena tembak menembak tetapi pembunuhan berencana yang didalangi oleh Irjen Ferdy Sambo yang menyuruh ajudannya dan menskenariokan seolah olah yang terjadi tembak menembak akibat terjadi pelecehan seksual .
Lalu timbul pertanyaan , apakah bisa terjadi pelecehan seksual yang dilakukan supir merangkap ajudan kepada bosnya yaitu Putri Chandrawinata istri seorang jenderal ?
Ataukah karena terjadi hubungan terlarang antara brigadir J dengan Putri Chandrawinata yang harus diakui berparas cantik dan terungkap bahwa Putri selama ini sangat sayang kepada supirnya yaitu brigadir J yang juga berperawakan ganteng dan jantan ?
Jika diikuti berita di medsos yang pasti tidak semuanya hoax, bahwa sangkaan adanya hubungan terlarang antara Putri Chandrawinata dengan brigadi J adalah penyebab yang memicu kemarahan Irjen Ferdy Sambo yang tidak menerima istrinya diselingkuhi ajudan istrinya sehingga terjadi peristiwa yang menghebohkan masyarakat itu.
Benarlah nasehat orang tua berteman, bersahabat boleh saja asalkan tetap dalam lingkaran artinya jika dengan orang luar harus diwaspadai jangan menjurus pada hubungan terlarang karena akan membawa celaka . Dapat dibayangkan jika perkara ini divonis hakim hukuman mati bagi Ferdy , bukan saja kehilangan nyawanya tetapi juga kehilangan segalanya.***
Oleh : Birma Siahaan, wartawan seniorr
Komentar Anda :